Lean Six Sigma adalah
sistem manajemen terintegrasi yang mengkombinasikan dua kekuatan utama
dari Lean Management dan Six Sigma Management.
Kekuatan utama
dari Lean Management adalah: Stability dan Kekuatan utama dari Six Sigma
Management adalah: Capability. Stability berkaitan dengan: (1)
Stabilisasi Proses, (2) Menghilangkan pemborosan (Waste), dan (3) Flow
& Pull System.
Sedangkan kekuatan utama Six Sigma adalah
berkaitan dengan kapabilitas proses (Process Capability), yaitu: (1)
Reduksi variasi terus-menerus agar mencapai kapabilitas proses Cpk =
2.0, (2) mengendalikan proses yang disebut in-process control, dan (3)
aplikasi statistical thinking, statistical engineering and statistical
tools untuk tujuan peningkatan kapabilitas proses organisasi menuju
level 6-sigma.
Sekarang Lean Six Sigma telah diatur dalam ISO
18404:2015. ISO 18404:2015 merupakan sertifikasi untuk organisasi Lean
Six Sigma dan personnel yang berkompeten dalam Lean dan/atau Six Sigma.
Faktor-faktor Penunjang Kesuksesan Penyebarluasan Six Sigma (Lean Six Sigma) dalam Organisasi
Diagram terlampir menunjukkan bahwa keberhasilan implementasi Six Sigma (Lean Six Sigma) HARUS mengikuti prinsip-prinsip implementasi Sistem Manajemen Modern yang berlandaskan pada: (1) Management Systems Approach, (2) Management Science Approach, and (3) Contingency or Situational Approach.
Mengapa mereka yang menguasai Statistical Thinking akan lebih cepat memahami suatu ilmu pengetahuan dan teknologi baru? Karena pada umumnya, orang-orang yang memiliki keterampilan berpikir statistika (Statistical Thinking) secara otomatis juga akan berpikir sistem (Systems Thinking), dan apabila iptek itu akan diaplikasikan dalam suatu organisasi atau lingkungan tertentu, maka akan disesuaikan dengan tingkat kematangan organisasi itu (situational approach).
Diagram terlampir juga menunjukkan bahwa Six Sigma (Lean Six Sigma) BUKAN semata-mata hanya memahami Statistical Tools. Pemahaman Statistical Tools adalah syarat perlu TETAPI itu saja BELUM cukup. Syarat cukup untuk keberhasilan implementasi Six Sigma (Lean Six Sigma) yang dikemukakan dalam diagram terlampir jauh lebih PENTING daripada sekedar memahami atau menguasai Statistical Tools.
Tujuan utama dari Six Sigma bukan sekedar implementasi random improvement projects menggunakan metodologi DMAIC, tetapi membawa organisasi sebagai System of Systems (SoS) menuju World Class Organization dengan kapabilitas 6-Sigma (DPMO). Defect Per Million Opportunity
Industrial Engineering
Senin, 27 Juli 2020
Jumat, 08 Mei 2020
SOCIETY 5.0
Secara sederhana, Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep
masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis
teknologi (technology based) yang dikembangkan oleh Jepang.
Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia, perubahan menjadi suatu niscaya. Saat ini, era revolusi industri 4.0 sudah
tidak asing lagi dan menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi,
praktisi, pemangku kebijakan publik, serta para ekonom. Era ini
menuntut konektivitas di segala hal (Internet of Thing), juga diyakini dapat membawa perubahan terhadap perekonomian dunia dan kualitas kehidupan secara signifikan.
Sebenarnya, konsep revolusi industri 4.0 dan society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh. Yaitu revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan (artificial intellegent) sedangkan society 5.0 memfokuskan kepada komponen manusianya. Konsep society 5.0 ini, menjadi inovasi baru dari society 1.0 sampai society 4.0 dalam sejarah peradaban manusia. Mulai dari society 1.0 manusia masih berada di era berburu dan mengenal tulisan. Pada society 2.0 adalah pertanian di mana manusia sudah mulai mengenal bercocok tanam. Lalu pada society
3.0 sudah memasuki era industri yaitu ketika manusia sudah mulai
menggunakan mesin untuk menunjang aktivitas sehari-hari, setelah itu
muncullah society 4.0 yang kita alami saat ini, yaitu manusia yang sudah mengenal komputer hingga internet juga penerapannya di kehidupan.
Revolusi
Industri merujuk kepada perubahan yang terjadi pada manusia dalam
melakukan proses produksi dalam dunia industri. Revolusi Industri 4.0
ditandai dengan bersatunya berbagai teknologi yang memanfaatkan Internet of Things (alat yang dapat mengirim data melalui internet), lalu di simpan ke dalam Big Data (data yang terhimpun dalam jumlah sangat besar), yang kemudian diproses oleh Artificial Intelligence (kecerdasan buatan). Hal ini dapat melahirkan “pabrik cerdas” dan “robot cerdas” yang memaksimalkan fungsi internet.
Sedangkan konsep Society 5.0 muncul akibat revolusi industri 4.0 dimana Society 5.0 merupakan suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang dikembangkan oleh Jepang. Jika sebelumnya masyarakat informasi (Society 4.0) mencari, mengambil, dan menganalisis informasi atau data di dunia maya melalui internet. Pada era Society 5.0
sejumlah besar informasi didapat dari sensor di ruang fisik kemudian
terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya, data besar ini dianalisis
oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dan hasil analisisnya diumpankan kembali ke manusia dalam ruang fisik dan dalam berbagai bentuk.
Contoh aplikasi yang akan diterapkan oleh pemerintah Jepan dengan adanya konsep peradaban baru society 5.0 ini diantaranya sebagai berikut:
Masalah
- Jepang menghadapi masalah tingginya generasi tua yang mana pengeluaran untuk biaya pengobatan serta pelayanan nya semakin meningkat
- Kemajuan Jepang membuat minimnya ketersediaan tenaga buruh ahli dan tingginya biaya perawatan infrastruktur
Solusi
- Menggunakan data medical records untuk membantu mempercepat penanganan kesehatan
- Membuat sistem remot untuk pelayanan kesehatan
- Menggunakan artificial intelligence (AI) dan robot sebagai perawat
- Sensor, artificial intelligence (AI), dan robot akan digunakan untuk membantu pemeliharaan jalan, terowongan, jembatan dan infrastruktur lainnya
Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 yang merubah dunia secara cepat
dan signifikan, tentu memberikan dampak bagi ketahanan nasional. Ancaman
ketahanan nasional bukan lagi berbentuk fisik, melainkan digital. Dunia
yang semakin terkoneksi dan kompetitif menjadi tantangan baru yang
harus dihadapi oleh Indonesia.
Dampak secara umum
Setiap perubahan tentunya memiliki dampak positif dan negatif, nah berikut adalah dampak positif dari era society 5.0
Efek Positif
1. Berkaitan dengan drone, alur distribusi dan jangkauan transportasi akan semakin cepat. Semisal dalam pengantaran barang, keadaan rescue dan sebagainya.
2. Kecerdasan buatan akan menjadi asisten yang dapat membantu dan mengoptimalkan aktivitas dalam pekerjaan maupun tidak manusia.
3. Konektivitas akan saling terhubung, dan berkesinambungan antara setiap informasi yang ada.
4.Dengan adanya robot, akan membantu kehidupan manusia dalam pekerjaannya dengan lebih presisi.
5. Semuanya akan menjadi lebih dekat, lebih murah, dan lebih cepat dengan adanya teknolgi yang teringerasi.
Efek Negatif
1. Membuat manusia semakin malas
2. Membuat manusia menjadi ketergantungan
3. Semuanya bergantung kepada daya dan jaringan
4. Potensi dapat berkurangnya setiap pekerjaan, dengan bertambahanya manusia.
5. Rawannya kejahatan yang semakin berkembang pula.
1. Berkaitan dengan drone, alur distribusi dan jangkauan transportasi akan semakin cepat. Semisal dalam pengantaran barang, keadaan rescue dan sebagainya.
2. Kecerdasan buatan akan menjadi asisten yang dapat membantu dan mengoptimalkan aktivitas dalam pekerjaan maupun tidak manusia.
3. Konektivitas akan saling terhubung, dan berkesinambungan antara setiap informasi yang ada.
4.Dengan adanya robot, akan membantu kehidupan manusia dalam pekerjaannya dengan lebih presisi.
5. Semuanya akan menjadi lebih dekat, lebih murah, dan lebih cepat dengan adanya teknolgi yang teringerasi.
Efek Negatif
1. Membuat manusia semakin malas
2. Membuat manusia menjadi ketergantungan
3. Semuanya bergantung kepada daya dan jaringan
4. Potensi dapat berkurangnya setiap pekerjaan, dengan bertambahanya manusia.
5. Rawannya kejahatan yang semakin berkembang pula.
Lalu bagaimanakah dengan Indonesia? Siap atau tidak menuju society 5.0 yang notabene perindustrian di negara Indonesia banyak dikuasai perusahaan jepang?
Kamis, 07 Mei 2020
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Total Quality Management atau manajemen
kualitas total adalah sebuah strategi manajemen yang ditujukan untuk
menanamkan kesadaran kualitas pada setiap proses dalam organisasi.
TQM dalam definisi ISO merupakan sebuah
pendekatan manajemen organisasi yang terpusat pada kualitas yang
melibatkan partisipasi semua anggota demi kesuksesan jangka panjang
melalui kepuasan pelanggan.
TQM memiliki filosofi dasar bahwa efek dari kepuasan konsumen adalah organisasi mengalami kesuksesan.
Total Quality Management (TQM) berorientasi
pada pelanggan dengan memperkenalkan perubahan manajemen secara
sistematik yang disertai dengan perbaikan terus menerus terhadap proses,
produk, dan pelayanan suatu organisasi. Salah satu tujuan TQM adalah memberikan kepuasan pelanggan. Mekanismenya
memahami harapan pelanggan melalui tiga tingkatan, yaitu dimulai dengan
menampung keluhan, analisis penjualan dan umpan balik dari konsumen,
dan wawancara pribadi dengan konsumen. Kemudian dengan quality function development dan diterjemahkan melalui house of quality. Proses Total Quality Management
bermula dari pelanggan dan berakhir juga pada pelanggan.
Karakteristik Total Qality Management
Menurut Goetsch dan Davis, ada sepuluh karakteristik Total Qality Management, yaitu sebagai berikut (Tjiptono, 2003:15):
1. Fokus pada pelanggan.
Pelanggan eksternal (yaitu customer) menentukan
kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan
pelanggan internal (antar departemen dalam satu perusahaan) berperan
besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, serta lingkungan
yang berhubungan dengan produk.
2. Obsesi terhadap kualitas.
Organisasi perusahaan harus terobsesi untuk
memenuhi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua
karyawan pada semua level harus berusaha melaksanakan setiap aspek
pekerjaannya berdasarkan perspektif.
3. Pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan untuk
mendesain pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang berkaitan. Data - data sangat diperlukan dalam menyusun
patok duga (benchmark),pemantauan kinerja, dan pelaksanaan perbaikan.
4. Komitmen jangka panjang.
Komitmen jangka panjang sangat diperlukan untuk mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan baik.
5. Kerjasama tim.
Pada organisasi yang dikelola secara
tradisional, seringkali dimunculkan persaingan antar departemen dalam
organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam
organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan
dijalin, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan supplier.
6. Perbaikan secara berkesinambungan.
Sistem yang ada perlu diperbaiki secara
berkelanjutan atau terus-menerus guna meningkatkan kualitas. Kita bisa
menggunakan filosofi kaizen, dan penerapannya bisa memanfaatkan metodologi seperti PDCA, DMAIC, dan 5S/5R. Sedangkan pengukuran performanya bisa kita gunakan six sigma, OEE, KPI, dan sebagainya.
7. Pendidikan dan pelatihan.
Saat ini masih terdapat perusahaan yang
menganggap remeh pendidikan dan pelatihan pada karyawannya. Hal ini
menyebabkan perusahaan yang bersangkutan sulit untuk berkembang dan
bersaing dengan perusahaan lainnya.
Pada organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan
dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang dalam
perusahaan harus meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian
profesionalnya.
8. Kebebasan yang terkendali.
Kebebasan keterlibatan karyawan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah harus disertakan. Unsur
tersebut akan meningkatkan rasa memiliki tanggung jawab terhadap
keputusan yang telah dibuat. Kebebasan keterlibatan tersebut adalah
hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan tujuan.
Perusahaan wajib memiliki kesatuan tujuan.
Dengan demikian, diharapkan setiap usaha bisa diarahkan pada tujuan
utama. Kesatuan tujuan tidak berarti bahwa harus ada persetujuan/
kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah
dan kondisi kerja.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya keputusan yang baik, terencana,
serta perbaikan yang lebih efektif. Hal ini disebabkan karena mencakup
pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi
kerja.
Menurut Hessel, manfaat penerapan Total Quality Manajemen ( TQM ) bagi perusahaan/organisasi adalah “Nasution, 2005: 366”
- Proses desain produk menjadi lebih efektif yang akan berpengaruh pada kinerja kualitas yaitu keandalan produk, product features dan serviceability.
- Penyimpangan yang dapat dihindari pada proses produksi mengakibatkan produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, menjadikan pengerjaan ulang, mengurangi waktu kerja, mengurangi kerja mesin dan menghemat penggunaan material.
- Hubungan jangka panjang dnegan pelanggan akan berpengarug positif bagi kinerja organisasi, antara lain dapat merespon kebutuhan pelanggan dengan lebih cepat serta mengantisipasi perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
- Sikap pekerja yang baik akan menimbulkan partisipasi dan komitmen pekerja pada kualitas, rasa bangga bekerja sehingga akan bekerja secara optimal, perasaan tanggung jawab untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Prinsip Total Quality Management
Empat prinsip utama dalam TQM adalah sebagai berikut :
- Kepuasan pelanggan
Kebutuhan
pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk
didalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala
aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para
pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai
(value) yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para
pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan maka semakin besar pula
kepuasan pelanggan.
- Respek terhadap setiap orang
Setiap
orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan
untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
- Manajemen berdasarkan fakta
Setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan
(feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini:
- Prioritas (prioritization) yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.
- Variasi (Variation) atau Variabilitas kinerja manusia. Data statistic dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap system organisasi. Dengan demikian organisasi dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
- Perbaikan berkesinambungan
Melakukan
proses secara sistematik dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan.
Konsep siklus PDCA (Plant-Do-Check-Act), yang terdiri dari
langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil
pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang
diperoleh.
OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah sebuah metode yang
digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas penggunaan mesin produksi.
Metode ini memudahkan dalam penerapan Total Productive Maintenance
(TPM). Pengukuran Kinerja dengan OEE (Overall Equipment Effectiveness) terdiri
dari 3 komponen utama pada mesin produksi yaitu Availability (Waktu
Kesediaan Mesin), Performance (Jumlah unit yang diproduksi) dan Quality
(Mutu yang dihasilkan). Hasil perhitungan OEE adalah dalam bentuk
Persentase (%). Dalam Bahasa Indonesia, Overall Equipment Effectiveness
ini disebut dengan Efektivitas Peralatan Keseluruhan.
Pengukuran OEE (Overall Equipment Effectiveness) sangat penting untuk
mengukur keberhasilan dari program TPM (Total Productive Maintenance)
yang diterapkan dalam suatu perusahaan. Dengan kata lain, hasil OEE
merupakan KPI (Key Performance Index) Utama dari hasil penerapan TPM.
Dalam melakukan perhitungan OEE, kita perlu mencari terlebih
dahulu mengenai nilai availability, performance, dan quality. Nilai OEE
adalah berupa persentase yang didapat dari ketiga parameter tersebut.
1. Availability
Availability adalah kemampuan mesin dalam
memanfaatkan waktu. Kita selalu mengharapkan Mesin Produksi kita tersedia saat kita
memerlukannya. Tetapi kadang-kadang Mesin tersebut tidak dapat
beroperasi sesuai dengan harapan kita dalam memenuhi kebutuhan yang
diinginkan pelanggan. Terdapat dua kemungkinan terjadinya ketidaksediaan
Mesin Produksi, diantaranya adalah :
– Breakdown
Yang dimaksud dengan Breakdown adalah kerusakan mesin yang biasanya
lebih dari 10 menit. Waktu Breakdown (rusak) akan dicatat dalam bentuk
“Menit” sampai pada Mesin Produksi tersebut dapat beroperasi kembali
dalam memproduksi unit Produk yang baik.
– Setup / Adjustments
Yang dimaksud dengan Setup atau Adjustment ini adalah ketidaksediaan
Mesin Produksi yang dikarenakan pertukaran model atau produk. Waktu yang
dihitung adalah waktu unit terakhir pada model sebelumnya hingga unit
pertama pada model selanjutnya.
Cara menghitung availability yaitu dengan cara
membandingkan loading time mesin dengan total waktu yang tersedia.
Availability = (loading time / total waktu yang tersedia) x 100 %
Contoh:
Dalam suatu proses poduksi, mesin membutuhkan
waktu untuk set-up selama 10 menit/shift. Total jam kerja dalam 1 shift
adalah 8 jam (atau 480 menit), sedangkan downtime yang terjadi karena
permasalahan mesin adalah 20 menit. Hitunglah nilai availability pada
mesin tersebut !
Jawab:
Loading time = total waktu yang tersedia – loss time = 480 menit – (10 menit + 20 menit) = 450 menit
Availablility = (loading time / total waktu yang tersedia) x 100 % = (450 menit / 480 menit) x 100% = 93 %
2. Performance
Performance adalah kemampuan mesin dalam
menghasilkan produk. Performance dalam perhitungan OEE adalah jumlah unit produk yang
dihasilkan dalam waktu yang tersedia. Jumlah unit ini dapat berupa unit
produk yang baik maupun yang cacat. Yang dikategorikan sebagai
Performance yang akan diukur diantaranya adalah :
– Small Stop
Yang dimaksud dengan Small Stop adalah berhentinya mesin dalam waktu
yang singkat (pada umumnya dibawah 10 menit) tetapi Frekuensi terjadinya
tinggi (sering terjadi). Sering terjadinya pemberhentian singkat ini
menyebabkan Output yang dihasilkan menjadi berkurang. Contoh terjadinya
berhenti dalam waktu singkat seperti terjadinya macet ataupun error pada
mesin produksi. Small Stop ini perlu dicatat pada Tally Sheet sehingga
diketahui seberapa sering terjadinya Small Stop serta akumulasi
waktunya.
– Slow Running
Slow Running adalah berkurang kecepatan mesin dalam memproduksi, hal
ini sering terjadi ketika perawatan mesin tidak dilakukan dengan baik.
Cara menghitung performance yaitu dengan cara
membandingkan jumlah produk yang dihasilkan dengan waktu yang tersedia.
Performance = (jumlah produk yang dihasilkan/total waktu yang tersedia x cycle time) x 100%
Contoh:
Dalam suatu proses poduksi, mesin mampu membuat
produk sebanyak 400 pcs/shift. Jam kerja dalam 1 shift adalah 8 jam
(atau 480 menit) sedangkan total waktu yang dibutuhkan untuk membuat 1
pcs produk adalah 1 menit/pcs. Hitunglah nilai performance pada mesin
tersebut!
Jawab:
Performance = (jumlah produk yang dihasilkan /
total waktu yang tersedia x cycle time) x 100 % = (400 pcs / 480 menit x
1 menit) x 100% = 83%
3. Quality
Quality adalah kemampuan mesin dalam
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Yang dimaksud Quality dalam OEE ini adalah Jumlah unit Produk baik
yang berhasil diproduksi dibanding dengan Total jumlah unit produk (baik
berupa unit OK ataupun unit Cacat) yang dihasilkan. Ada juga menyebut
Quality sebagai Yield Rate dalam rumus OEE. Yang diperhitungkan dalam
Quality diantaranya adalah :
– Startup Defect
Yang dimaksud dengan Startup Defect disini adalah cacat yang
ditimbulkan oleh Mesin saat pertama kali memulai produksi. Defect atau
cacat biasanya akan terjadi saat Mesin beroperasi kembali setelah
terjadinya perbaikan mesin maupun adanya pergantian Setting atau Model
baru yang akan diproduksi.
– Production Defect
Production Defect adalah Cacat yang terjadi saat produksi sedang
berlangsung. Defect atau Cacat tersebut harus dicatat supaya dapat
dilakukan tindakan pencegahan
Cara menghitung quality
yaitu dengan cara membandingkan antara jumlah produk yang baik dengan
total produk yang dihasilkan (produk OK dan produk NO OK).
Quality = (jumlah produk baik / total produk yang dihasilkan) x 100 %
Contoh:
Dalam suatu proses poduksi, mesin mampu menghasilkan produk sebanyak 500
pcs/shift dengan jumlah cacat sebayak 10 pcs/shift. Hitunglah nilai
quality pada mesin tersebut !
Jawab:
Jumlah produk baik = total output produksi – jumlah cacat = 500 pcs– 10 pcs = 490 pcs
Quality = (jumlah produk baik / total produk yang dihasilkan) x 100 % = (490 pcs / 500 pcs) x 100% = 98%
Contoh menghitung nilai OEE :
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat dihitung nilai OEE dengan rumus:
OEE = availability x performance x quality = 93% x 83% x 98% = 75%
Pada perhitungan nilai OEE diketahui nilai
persentase adalah sebesar 75%. Hal ini sangatlah jauh dari standar OEE
yang ditetapkan oleh standar internasional. Nilai standar OEE yang
ditetapkan sebagai perusahaan world class adalah sebesar 85 %.
Untuk menjaga agar nilai OEE bisa mencapai
angka yang diharapkan, maka perlu adanya perawatan terhadap perawatan
mesin dan peralatan produksi secara berkala atau yang disebut sebagai preventive maintenance
Berikut ini adalah Pedoman hasil OEE yang berstandar dunia (World Class) pada umumnya :
Availability : diatas 90%
Performance : diatas 95%
Quality : diatas 99.9%
OEE : diatas 85%
Performance : diatas 95%
Quality : diatas 99.9%
OEE : diatas 85%
Rabu, 06 Mei 2020
SMART FACTORY (PABRIK PINTAR)
Penggabungan
dunia virtual dan fisik membangkitkan pabrik pintar. Di sini integrasi kecerdasan buatan, machine learning, pengetahuan kerja otomasi,
dan komunikasi mesin ke mesin dengan proses manufaktur. Pabrik pintar secara fundamental adalah
bagaimana merubah produk yang dihasilkan, dibuat dan dikapalkan. Pada saat yang sama akan memperbaiki keselamatan dan perlindungan
lingkungan melalui emisi rendah dan kejadian rendah dalam manufaktur.
Ditandai beberapa pengembangan
teknologi kunci yang menjadi penentu pabrik pintar adalah :
§ Otomasi, robot, dan
pergerakan otomatis
§ Komunikasi mesin ke mesin
dimungkinkan melalui “industrial” internet of things;
§ “Big Data” dengan konteksnya,
merujuk pada kemungkinan ketersediaan data dalam volume dan keragaman yang diperoleh dari jaringan
ekonomi;
§ Proses optimisasi industry,
implikasi dari berkurangnya berhentinya mesin akibat perawatan, sedikit
buangan, dan konsumsi energy lebih sedikit
§ Augmented reality; yang
menawarkan potensi untuk perbaikan pemeliharaan dan diagnostic kegagalan yang
dapat dilatihkan untuk mengenali internal peralatan
§ Additive manufacturing; yang
juga dikenal sebagai 3D printing, penyediaan
customised production untuk spesifikasi pelanggan.
Otomisasi,
robotic, dan pergerakan otomatis
Sejumlah
besar proses telah dikerjakan otomatis baui sebagian maupun seluruhnya atau ada
juga yang baru mulai. Sejak awal tahun
1954 robot dipergunakan untuk produksi tabung sinar katoda TV dan hingga kini
tetap dipergunakan. Kini perkembangannya
robot lebih responsip dan adaptip terhadap lingkungan.
Piranti
sensor, terus dikembangkan, telah memingkinkan komunikasi pada material baru
atau kesertaan logistic untuk memenuhi kebutuhan produksi. Pada decade berikutnya dipersiapkan
pengangkut otomatis yang dilengkapi dengan piransi sensor untuk memunguti dan
mengirim hasil produksi. Drone akan
dipakai untuk mengirim peralatan ke rumah-rumah pelanggan secara otomatis.
Komunikasi
Mesin ke Mesin
Komunikasi
mesin ke mesin (M2M) adalah suatu sistem dari teknologi komunikasi dan
informasi. Memungkinkan suatu perangkat melalui sendor untuk menangkap
kejadian, status atau fakta (misalnya perubahan batas sediaan) yang direlay
melalui jaringan ke suatu program
software sehingga menjadi berarti (dalam kasus ini, stok segera dipenuhi).
Sistem
komunikasi M2M tengah dikembangkan ke sistem jaringan yang dapat mentransfer
data untuk diterapkan. Konsep komunikasi M2M dalam kontek manufaktur dikenal
sebagai Industrial Internet of Things.
Dua
teknologi yang penting untuk memungkinkan komunikasi M2M adalah radio-frequency identification
(“RFID”) dan Near Field Technology
(“NFC”). Implementasi dari teknologi ini
memungkinkan komunikasi M2M dalam mode nir kabel, maka terbukalan
ruang manufaktur di mana mesin berinteraksi tanpa terputus.
Industrial
Internet of Things akan dibentuk melalui keberadaan tiga fitur :
1.
Pemerkayaan
peralatan mekanik dasar melalui sensors dan perangkat penghasil data
lainnya (“smartness”);
2.
Kemungkinan
alokasi data lebih cepat dan lebih
fleksibel, ditransfer, dan diolah (computing capacities);
3.
Peningkatan
interkonektivitas digita antara peralatan yang disertakan dan kemampuan
kapasitas menghitung (digital integration).
Big Data
Volume,
keragaman dan kecepatan produksi data melalui peralatan yang terkoneksi banyak
sekala dalam pabrik pintar menjadi penyimpangan yang belum pernah terlihat
sebelumnya. Peluang perusahaan untuk
mengekstrak nilai dari ledakan data tersebut.
Memanfaatkan kepintaran tindakan real-time menjadi potensial untuk
peningkatan produktifitas, melaksanakan re-emptive maintenance dan
membangkitkan penghemetan biaya. Di
dalam industry, Big Data sudah dipergunakan untuk mengoptimumkan jadwal
produksi. Sebagai contoh, untuk memenuhi
data lapang produksi pabrik dan untuk mengelola produksi secara optimal, Industrial
Internet of Things dapat diintegrasikan secara real time dengan data sistem
kendali produksi, sistem eksekusi manufaktur, dan sistem manajemen asset, di
mana seluruhnya bertujuan agar pabrik beroperasi lebih efisien.
Pada
tahap berikutnya dari penggunaan data, informasi produksi akan terkoneksi
melalui rantai pasok dari spesifikasi pelanggan ke ketersediaan bahan baku dan
melalui pemenuhan order yang teristimewa.
Semua ini akan memungkinkan fleksibilitas operasi perusahaan secara luas
dan manufaktur optimal.
Optimisasi
Proses Industri
Melalui
penggunaan komunikasi M2M dan pengolahan data, mesin akan menjadi self-tuning
dan terkalibrasi serta dapat melaksanakan diagnostic sendiri dari kesalahan dan
kinerjanya sendiri. Teknologi yang dibawa dapat memainkan peran dalam proses
optimisasi industry dibagi menjadi teknik yang memungkinkan pemeliharaan
prediktif dan teknologi optimisasi energy.
Teknik
pemeliharaan prediktf dirancang untuk membantu menentukan kondisi peralatan in-service menurut prakiraan dimana
perawatan seharusnya dilaksanakan. Tekni ini didasarkan kepada pemantauan real-time
dari penggunaan perakatan. Resiko berhentinya mesin dapat dimitigasi melalui
perawatan sistematik. Di bawah protocol
perawatan preventif tradisional, jadwal perawatan dilaksanakan berdasarkan
spesifikasi yang diberikan di awal oleh perusahaan pembuat mesin. Karena
bahnyak mesin yang komponennya memiliki
jangka waktu dan interval perawatan berbeda, maka industry terpaksa
kadang menjadwalkan lebih panjang interval perawatannya. Waktu berhenti mesin
berdampak pada pengurangan atau penghentian produksi, maka pemeliharaan
prediktif dapat memangkas biaya ini.
Untuk
memungkinkan pemeliharaan prediktif,
industry melakukan berbagai pengukuran seperti misalnya vibrasi,
ultrasound, dan akustik, yang memungkinkan terdeteksinya secara awal kelainan
mesin.
Integrasi Big Data dengan Industrial Internet of Things
akan memungkinkan untuk pemberian tenaga secara berkala dari pengembangan
robotic dan sistem produksi. Sejalan
dengan itu pula, semua atau sebagian lini produksi khusus dan konsumsi enerji selama produksi berhenti
dalam produksi. Diperkirakan bahwa 90% konsumsi energy berkhenti selama
terhitung dari mesin seperti robot, ekstraktor, sumber laser, dan sistem
pendingin.
Augmented reality
Augmented
reality adalah pelapisan untuk menampakkan dunia nyata. Penggunaan augmented kini di dalam manufaktur masih
terbatas, tetapi banyak pengembangan masih terus dilakukan. Purwarupa terbatas digunakan pada beberapa
contoh berikut :
·
Manual
instruksi keahlian operator di mana pekerjaan tak dapat diotomasi;
·
Pelatihan
bagaimana membuat suatu komponen termasuk visualisasi keluarannya;
·
Peningkatan
pengawasan mutu
·
Menemukan
cara untuk memperbaiki alur kerja
·
Menyediakan
panduan untuk pekerjaan perbaikan dan perawatan yang kompleks, seolah dipandu
oleh ahli.
Additive
manufacturing dan perubahan rantai pasok
Additive
manufacturing atau 3D printing, adalah proses memulai produksi dengan bahan
lepas, seperti cairan dan bubuk, dan membangun bentuk tiga dimensi melalui
suatu cetakan digital (berlawanan dengan pekerjaan bubut atau ukir kayu).
Proses 3D printing memungkinkan
distribusi manufaktur, di mana pasokan material dan metoda fakbikasi
terdesentralisasi dan produk akhir dibuat lebih mendekati konsumen. Produksi 3D printing juga memungkinkan pembuatan atas
permintaan dan dibuat saat itu juga serta di tempat itu juga.
Additive manufacturing
sangat berpotensi menghilangkan proses dan rantai pasok konvensional. Beberapa penerapannya sudah terjadi di industry
otomotif, dirgantara, dan medis.
Beberapa inplan, purwarupa plastic untuk rekayasa dan perancangan telah
diproduksi menggunakan teknologi ini.
General Electric telah mengumumkan proyek untuk produksi masal suku
cadang penting berbahan metal-alloy untuk dipergunakan pada ribuat mesin jet. Airbus
juga mengumumkan pada 6 May 2015 bahwa lebih dari 1000 komponen pesawat terbang
dicetak dalam 3D.Perkembangan cepat diharapkan terjadi pada decade mendatang.
Konsep
Pabrik pintar terintegrasi semua untuk menghasilkan model bisnis baru di
industry. Di antara teknologi tersebut,
adalah yang memungkinkan sangat customized dan merupakan produk untuk
menghasilkan satuan harga yang dapat
diterima, penggunaannya secara otomatis melakukan proses manufaktur optimisasi
sendiri dan lebih ramah pada lingkungan.
Bentuk pabrik pintar dapat tampak kompleks dan memiliki hubungan
jaringan yang meluas meliputi pemasok, pembuat dan pengguna yang secara grafis
disajikan pada gambar berikut
Hubungan industry 4.0 dengan smart factory
Istilah Industri 4.0 muncul di Jerman Tahun 2013 dalam suatu insiatif
gabungan Masyarakat, Asosiasi Engineering, Periset dan Profesiona di
Jerman merancang "roadmap' negara jerman dalam leadership teknologi dan
industi manufaktur di panggung global.
Paling tidak ada 3 karakteristik Industry 4.0 ;
1. Cyber-Physical System : Sistem yang memungkinkan
terhubungnya alat yang berbentuk fisik dengan jaringan internet. Alat
yang berbentuk fisik menjadi sebuah cyber-physical system karena adanya integrasi dari komputasi, komunikasi, dan kontrol terhadap proses fisik dan adanya feedback dari proses tersebut. Cyber-physical system dapat digunakan untuk membangun jaringan produksi, kendaraan yang menggunakan remote control, smart home, dan berbagai sistem yang digunakan dengan memanfaatkan jaringan internet, sensor, dan actuator.
2. Smart Manufacturing : Adalah
sebuah
proses perubahan manufaktur secara keseluruhan yang meliputi
komponen-komponen penggerak seperti sumber daya manusia, bisnis, dan
pola pikir perusahaan yang menggunakan pendekatan berbasis teknologi
yang memanfaatkan mesin yang terhubung ke Internet untuk memantau proses
produksi. Tujuan SM adalah untuk mengidentifikasi peluang untuk
mengotomatisasi operasi dan menggunakan analitik data untuk meningkatkan
kinerja manufaktur.
3. Internet of thing : Adalah sebuah konsep dimana suatu
objek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan
tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer. “A Things” pada Internet of Things dapat didefinisikan
sebagai subjek misalkan orang dengan monitor implant jantung, hewan
peternakan dengan transponder biochip, sebuah mobil yang telah
dilengkapi built-in sensor untuk memperingatkan pengemudi ketika tekanan
ban rendah. Sejauh ini, IoT paling erat hubungannya dengan komunikasi machine-to-machine (M2M) di bidang manufaktur dan listrik, perminyakkan, dan gas.
Langganan:
Postingan (Atom)